MARDATANEWS.COM.Padang- Indonesia salah satu negara penghasil Kelapa sawit terbesar di dunia dengan jumlah perkebunan sawit mencapai 6,21 juta Hektar serta mampu memproduksi sebanyak 46,82 juta ton pertahun. Minyak sawit menghasilkan devisa bagi negara, membuka lapangan kerja serta berdampak langsung bagi masyarakat khususnya petani.
Perlunya Hilirisasi kelapa sawit guna meningkatkan nilai devisa serta dampak bagi masyarakat. Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC IPB University) bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) mengadakan kegiatan Workshop Hilirisasi Minyak Sawit Menjadi Produk Oleopangan, Oleokimia dan Biofuel: Peluang dan Tantangan, yang digelar Institut Pertanian Bogor (IPB) University, Kamis (4/7/2024) di Truntum Hotel Padang.
Wakil Rektor IV Universitas Andalas (Unand) Dr. Henmaidi, S.T., M.Eng.Sc, dalam sambutannya menyampaikan "Unand sebagai perguruan tinggi memiliki program riset-riset yang bertujuan untuk kejayaan bangsa. Banyak penelitian yang telah dilakukan Unand, termasuk di bidang industri kelapa sawit.
Kita terus berupaya memperbanyak hilirisasi minyak sawit. Kita juga berterima kasih pada IPB University yang mengajak Unand berkolaborasi dalam mengbangkan hilirisasi minyak sawit ini,” ujar Dr Henmaidi.
Dr Henmaidi mencontohkan pada produk unggulan perkebunan Sumbar yakni Gambir. Sumbar merupakan penghasil Gambir terbesar di dunia. Lebih 80 juta ton produksi Gambir dihasilkan per tahun. Namun karena buyer (pembeli) nya cuma satu negara, maka tidak ada persaingan harga. Karena itu, memperbanyak hilirisasi minyak sawit, tentunya akan menciptakan peluang pasar yang sangat luas pula.
Apabila produk sawit berhasil diturunkan, maka dampak nilai tambahnya akan sangat signifikan. Beda dengan ekspor, karena transaksinya di luar negeri, maka uangnya beredar di luar negeri, tidak ada dampaknya pada perekonomian masyarakat.
Hilirisasi minyak sawit, memiliki dampak yang sangat besar, baik secara lokal, nasional dan domestik. Memperbanyak hilirisasi minyak sawit, akan memperbesar peredaran uang di tingkat masyarakat. Berbeda dengan ekspor, dimana putaran uangnya hanya di luar negeri. Karena itu, Unand terus berinovasi mengembangkan teknologi kelapa sawit dan hilirisasinya,” ujarnya.
(Red/**)